Oleh: Abdul Halim
Perjalanan organisasi HMI sudah mencapai 65 tahun, tentunya sudah banyak
yang diasakan, mulai dari pujian, cemoohan. Pada tahun 1950 pernah HMI mau
dibububarkan disebabkan hanya beberapa orang saja yang menjadi pengurus HMI, yaitu,
Lafran Pane, A. Dahlan, dan Ranuwiharja. Kampus belum seramai sekarang, malah
ada yang terpaksa gulung tikar. MS. Mintarej pergi ke Pasundan, M.Sanusi ke
Jakarta Amad Tito Sudirjo berpindah tugas ke bidang militer. Terpaksa Lafran
Pane, sebagai perakarsa pendiri HMI, beberapa kali mengambil alih PB HMI, bukan
karena ambisi dan cari popularitas, tetapi karena tanggung jawab semata, untuk
keberlangsungan hidup HMI yang didirikannya bersama teman-temannya.
Dengan kesabaran, ketekunan, dan keuletan yang tidak kenal lelah serta
menyerah. Lafran Pane, Dahlan menghimpun dan membangun kembali sisa-sisa
kekuatan yang masih ada dan mungkin diajak, mengkonsolidasikan kembali,
sehingga HMI dapat tampil, sebagaimana layaknya suatu organisasi. Beberapa
tindakan yang dilakukan pada saat itu, memindahkan kedudukan Pengurus Besar HMI
bulan juni 1951 dari Yogyakarta ke Jakarta. Hal itu merupakan cara yang arif
dan bijaksana, merubah dan membawa kepada iklim baru,menuju pertumbuhan dan
perkembangan HMI untuk masa-masa mendatang.
Sebagai organisasi kader dan alat perjuangan bangsa dalam mengisi
kemerdekaan, pada saat itu HMI selama 13 tahu konsolidasi. Langkah-langkah
strategis dan pasti dilaksanakan secara tertib dan konsepsional. Pembinaan
anggota, yang diarahkan menjadi seorang sarjana muslim, yang memiliki ilmu
pengetahuan dan kecakapan, untuk menjadi kader bangsa. Pembinaan dan
penghayatan ajaran agama Islam para anggota merupakan sasaran pokok yang harus
dicapai. Tugas kemasyarakatan, dimana manusia sebagai makhluk social, merupakan
tugas kemanusiaan sepanjang masa yang merupakan bagian hidup dari setiap
manusia mendapat porsi sebagaimana mestinya. Kepentingan individu, penyaruran
bakat seperti, kesenian, olahraga, rekreasi, hiburan studi tour, semua itu
disalurkan dengan cepat.
Pembinaan anggota HMI pada saat itu meliputi, keislaman, kebangsaan, dan
nasionalisme, pemibinaan intelektual, kecintaan, dan kebanggaan terhadap HMI,
atau lazim disebut ke-HMI-an, kemasyarakatan, penyaluran bakat dan keinginan,
latihan dan perkaderan yang secara terus-menerus lakukan segenap pengurus, baik
dari tingkat Komisariat, Cabang, Badko dan juga Pengurus Besar HMI.
Satu ciri khas yang dibina HMI, adanya kebebasan berpikir dikalangan
anggotanya, pada hakekatnya timbul pembaharuan, karena adanya pemikiran yang
bersifat dinamis dari masing-masing pribadi kader HMI. Sesuai dengan
perkembangan nasional bangsa Indonesia yang meliputi bidang politik pendidikan,
ekonomi, agama dan kebudayaan. Disebabkan beberapa hal tersebut pergolakan
pemikiranpun tidak bisa dibendung bahkan merupakan suatu keharusan. Beberapa
faktor yang menimbulkan pemikiran itu, perkembangan dan kemajua tekgnologi
modern, perkembangan sosial, ekonomi dan kebudayaan, tumbuh dan berkembangnya
pemikiran-pemikiran modern dalam Islam, kemajuan ilmu pengetahuan. Sehingga
beberapa masalah pun timbul dikalangan anggota-anggota HMI diantaranya masalah
keagamaan, politik, pendidika, ekonomi, kebudayaan, kemasyarakatan, penataan
dan pembinaan organisasi, yang hingga kini masih berkelanjutan.
Saat ini HMI sedang dirindung pilu berbagai macam masalah, memang masalah
itupun ada penyebabnya, seperti: pertama,
keanggotaan HMI, baik ditinjau dari tingkat pemikiran, pemahaman keagamaan,
politik, ekonomi, social, budaya, persepsi kenegaraan, kemasyarakatan. Kedua, HMI sebagai alat belum mampu
sebagai wadah managerial untuk mengantispasi semua permasalahan. Hal ini
disebabkan terbatasnya masa jabatan pengurus, sarana dan prasarana belum
memadai, anggota HMI masih dituntut menyelesaikan tugas pokoknya yaitu kuliah. Ketiga, pola pikir yang belum
mendapatkan persamaan. Keempat,
faktor-faktor lain yang sangat komplek.
Permalasahan yang sangat kongkrit saat ini, sekian banyak kader HMI
tetapi sungguh sedikit yang berperan untuk mewujudkan cita-cita organisasi dan
tentunya cita-cita bangsa ini. Secara sederhana menurut anilisis penulis kenapa
HMI hari ini kurang diminati mahasiswa, dan public juga kurang percaya kepada
HMI desebabkan, kebanyakan kader HMI tidak lagi memmang teguh amanah konstitusi
pasal 6 yaitu “ HMI bersifat indefenden”. Perilaku kader HMI sekarang sudah
banyak yang pragmatis, hanya memikirkan keuntungan ketika ia berbuat. Bahkan
hari ini pimpinan HMI hanya segelintir orang yang tetap memegang teguh sifat
indefendennya, banyaknya kader HMI yang salah dalam menafsirkan kalimat
indefenden itu sendiri. Mereka berpikir karena indefenden artinya bebas atau
tidak terikat makanya sesuka hati mereka berbuat. Padahal dalam penjelasan
tafsir indefenden itu sudah jelas yaitu tidak terikat artinya sesuai dengan
hati nurani, dan cendrung kepada sifat hanif (kebenaran).
Pada intinya hari ini banyak permasalahan yang sangat komplit di tubuh
HMI sendiri, disebabkan tidak indefenden para pengurus HMI, dan juga anggota
HMI, bahkan alumni HMI itu sendiripun tidak berhak menginterpensi anggota HMI,
karena hubungan HMI dengan alumni HMI hanya sebatas historis saja. Tetapi hari
ini menurut hemat penulis, sudah banyak interpensi alumni HMI terhadap anggota
HMI sendiri. Sebagian penyebabnya karena kebanyakan anggota HMI punya ekonomi
rendah, sehingga anggota HMI banyak yang termakan budi kepada alumninya,
sehingga sering kita lihat jika alumni HMI mengintruksikan sesuatu jarang
sekali kader HMI menolaknya, sekalipun itu terkadang melanggar indefendensi
HMI.
Kepemimpinan dalam diri kader HMI sangat berpengaruh terhadap keadaan
bangsa Indonesia saat ini, jika hari ini kita lihat HMI sendiri terjadi
perpecahan baik secara struktural ditingkat Pengurus Besar tanpa kita sadari
itu juga merambas ke tingkat Cabang. Dan itu sangat berdampak terhadap kondisi
Indonesia. Maka hari ini HMI harus mengembalikan khittoh perjuangan HMI itu, yaitu kembali memperjuangkan NKRI dan
juga mengamalkan syariat Islam, sehingga perilaku dan sikap kader HMI dalam
kehidupan dinaungi atas ridho Allah SWT.
Kondisi HMI hari ini, sangat berdampak terhadap keadaan HMI masa akan
datang, jika hari ini kita masih tetap mengutamakan perdebatan, tanpa
memberikan solusi cerdas, maka berarti tidak salah jika masa akan datang
keadaan HMI lebih terpuruk dari saat ini. Latar belakang Alm. Lafran Pane
mendirikan HMI dan menamakannya dengan himpunan, bukan ikatan, pergerakan,
kelompok, kesatuan, tidak lain hanya untuk menghimpun seluruh mahasiswa Islam
tanpa memandang suku, dan ras. Jika dihubungkan kondisi Madinah ketika
Rasulullah SAW berdakwah, masyarakat setempat bisa menerima ajaran dan syariat
Islam dengan baik, karena kondisi masyarakat setempat adalah heterogen. Sehingga Rasulullah SAW lebih
mudah menjelaskan ajaran Islam ketimbang di Mekkah yang masyarakatnya homogen. Perbedaan yang kita miliki jika
kita buat menjadi sebuah kesatuan itu lebih indah daripada kita perdebatkan.
Tidak ada alasan bagi kader HMI hari ini untuk berpartispasi untuk mencapai
tujuan organisasi HMI.
HMI sebagai organisasi perjuangan seogianya harus lebih banyak membuat
program kerja yang menyentuh masyarakat dan mahasiswa. Karena elemen ini adalah
basis pergerakan HMI untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang kita cintai ini.
Maka kondisi HMI sekarang adalah gambaran umum HMI akan datang dan tanpa kita
sadari itu juga berpengaruh terhadap kondisi Negara ini, sebab disetiap sisi
mulai dari, pegawai, pengusaha, dan para pemimpin-pemimpin Negara ini sudah
banyak alumni HMI.
1 Komentar
menarik juga,, saatnya berbenah... dari saat ini,, untuk HMI nanti
BalasHapus