Oleh: Reza Mubarok
Tanpa bola
lampunya Thomas A. Edison bukanlah siapa-siapa. Tanpa Radionya, Marconi tidak
akan dikenal sekarang. Tanpa Leonard Kleinrock,, mungkin kita sekarang tidak
bisa merasakan nyamannya facebook, google, blog dan lain-lain. Dan tanpa
Ajarannya, Muhammad bukanlah siapa-siapa. Begitulah jika kita hadapkan antara
subyek dan pengaruhnya (eksistensi dari subyek tersebut).
Setiap sejarah
tak akan pernah lepas dari yang namanya eksistensi. Begitupula dengan sejarah
HMI, jika HMI tidak memberi pengaruh apa-apa dalam kondisi keumatan dan
kebangsaan di masa lalu, tidak mungkin sekarang ada tulisan tentang HMI. Mungkin
juga HMI akan hilang dari peredaran jika kehilangan eksistensinya.
Jika kita
tinjau kembali, HMI komisariat Syariah yang kita banggakan ini sedang krisis
eksistensi. Pengaruh HMI di kampus sangatlah kurang sehingga dalam perekrutan
pun HMI mengalami kesulitan. Kalau kita cari akar masalahnya, faktor kurang
dikenalnya HMI oleh kalangan mahasiswa baru menduduki ranking pertama selain
faktor provokasi dari organisasi lain dan faktor malasnya internal HMI dalam
berregenerasi. Bukan tidak mungkin kalau mahasiswa baru tidak tahu tentang HMI
disebabkan karena kurangnya eksistensi kita di kampus. Dan menurut hemat
penulis, HMI harus mampu merebut posisi-posisi strategis di wilayah ini (kampus).
Mari kita susun strategi untuk menghijaukan kampus kita, karena kelihatannya
yang sudah kuning sudah harus di tebas dan di tanam yang hijau-hijau.
Sederhananya
kita terapkan analisis SWOT dulu:
Strength: kekuatan
Pemetaan kekuatan
kita dapat di analisis oleh bidang PPPA yang merupakan pemilik kekuatan utama
HMI (Kader/Pemilih). Terlepas dari pemilih tentunya harus ada yang dipilih. Nah,
mari kita petakan kekuatan HMI kita.
Kader HMI tiap perekrutan mendapat sekitar 40 orang tiap
tahunnya (LK 1). Kehidupan di kampus rata-rata 4 tahun. Jadi jumlah pasukan
kita 40x4= 160 orang. Dari 160 orang tersebut di cari satu orang yang
benar-benar layak untuk dijadikan orang yang dipilih. Sebaiknya orang tersebut
mempunyai track record bagus di eksternal HMI nya.
Jadi, suara fix kita adalah 160 jika maju di pemilihan
gubernur/presiden mahasiswa.
Weakness: kelemahan
Bidang PPPA
dan khususnya ketua umum tentu tahu tentang kelemahan kita. Kita petakan lagi.
Celah kita yang pertama adalah kader yang tidak
terkondisikan. Dalam setiap angkatan tentunya ada yang namanya seleksi alam. Dari
40 orang yang kita rekrut, yang masih komitmen mungkin tinggal separuhnya.
Celah yang kedua, kita tidak pernah masuk dalam sistem,
dalam hal ini kopurwa (komisi pemilu raya mahasiswa). Tentunya ini akan
berdampak jika kopurwa semuanya dari pihak lawan dan akan berindikasi pada
kecurangan yang merugikan kita.
Yang ketiga, kita tidak pernah mencoba strategi baru dalam
menyikapi pemilu raya. Cenderung kita stagnan memakai strategi yang sama dari
tahun ke tahun. Dan tentunya strategi ini sudah di hafal oleh pihak lawan.
Yang keempat, kita bukanlah organisasi yang mempunyai kader
banyak. Karena kita belum terlalu dikenal di kampus, kepercayaan terhadap kita
sangat minim.
Dan masih banyak lagi kelemahan dan celah kita yang akan
sangat mungkin di manfaatkan pihak lawan. Jadi disini kita petakan
sebanyak-banyaknya sehingga kita bisa mengambil tindakan preventif (antisipasi).
Opportunity:
kesempatan / peluang
Peluang kita di pemilu raya adalah sebagai berikut.
-
Pihak lawan cenderung menggunakan instruksi
tanpa penjagaan
-
Pihak lawan merasa sudah di atas angin
-
Pihak lawan tidak pernah mengantisipasi tentang
kekalahan, mereka hanya siap menang
-
Pihak kita kompak
-
Kita bisa menyusun strategi dari awal (curi start)
-
Kebanyakan mahasiswa, pasif terhadap pemilu
raya, bahkan bersikap antipati
Dan masih banyak lagi peluang yang bisa kita ambil sebagai
kesempatan kita.
Thread: ancaman
Menyusun thread gunanya untuk mengantisipasi hal-hal yang
tidak kita inginkan. Secara garis besar ancaman kita adalah:
-
Ketidak kompakan kita ketika pemilu berlangsung
-
Pihak lawan menggunakan kekerasan ketika pemilu
-
Kecurangan-kecurangan dari pihak lawan. Misalnya
penggelembungan surat suara.
-
Kalah
Tentunya dari garis besar ancaman kita tersebut kita harus
sudah menyusun sikap preventif kita dalam menyikapi ancaman tesebut.
Nah, dari SWOT kita sudah bisa memetakan seberapa besar peluang kita untuk menang di
pemilu raya mahasiswa. Intinya kita harus tahu identitas kita dahulu sebelum
menyusun strategi. Untuk strategi yang akan di tawarkan penulis akan di bahas
pada tulisan season kedua.
3 Komentar
inilah identitas kita dalam perang pemilu raya
BalasHapusitu swot apa pak sekum, koq tidak ada kekuatan blas, kelemahan jg tdk menggambarkan kelemahan, peluang juga tidak ada bacaan peluang yang sebenarnya, sedangkan ancaman jg tidak seperti ancaman, dan tulisan ini seakan akan semuanya hanya urusan PPPA lha PTKP komisariat buat apa? dan kalau saya boleh mengkritik tulisan ini, penulis kayaknya sangat kekurangan data dan tulisan ini dibuat dengan terburu-buru tanpa ikhtiar yang bener-bener ikhtiar untuk memenangkan pemilu.
BalasHapusiya,, ini karena kekurangan data,, mangkanya untuk kemudian ditindak lanjuti oleh bidang pppa untuk data S dan W.
BalasHapusdan ditindak lanjuti oleh ptkp untuk mengembangkan analisis O dan T.
pengumpulan data yang sangat minim di tulisan ini dikarenakan data yang di ketahui penulis...