Oleh: Reza Mubarok
Peran kaum muda (pemuda) dalam kancah sejarah republik ini sangatlah dominan. Bukan hanya dalam lingkup perjuangan, namun juga dalam hal pembangunan. Rasa heroisme pemuda pada tempo doeloe disulut oleh api revolusi fisik dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan negeri tercinta ini. Namun seiring perkembangan zaman, perjuangan pemuda bukan hanya dilakukan secara fisik, namun juga melalui diplomasi. Memperjuangkan bangsa melalui organisasi-organisasi kepemudaan, sosial dan politik dan bahkan memperjuangkan bangsa melalui kegiatan-kegiatan intelektual.
Karakter pemuda akan menjadi
identitas bagi zamannya. Posisi pemuda yang menjadi poros punah tidaknya suatu
bangsa, menempatkan pemuda pada posisi strategis untuk membangun suatu
peradaban. Namun diakui atau tidak, hal itu jarang sekali disadari oleh kaum
muda. Semangat heroisme-patriotisme mulai luntur pada pemuda era kekinian.
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM yang notabene-nya adalah organisasi yang
berperan sebagai organisasi perjuangan pun kini mulai keropos. Kader HMI saat
ini masih ter-hegemoni oleh imperium sejarah yang dilukis “kanda-kanda”nya. Setelah
runtuhnya era orde baru, belum banyak hal signifikan yang di telurkan HMI. Tak terelakkan
saat ini HMI kurang berperan dalam ranah kebangsaan ini.
Pasca reformasi, bangsa ini justru penuh dengan ketidak-pastian. Seperti halnya
tidak dihormatinya hukum dan keadilan (law and order). Ekspektasi pemuda dan
mahasiswa “peruntuh” rezim orde baru rasanya hanya tinggal isapan jempol. Implikasinya
adalah harga diri bangsa yang semakin terpuruk di mata dunia. Hal ini sudah dianggap
biasa oleh kalangan muda saat ini (HMI). Padahal, hal inilah yang seharusnya
dikritisi dan terus kemudian diperjuangkan oleh kalangan muda untuk
memperjuangkan jati diri bangsanya (pride as indonesian).
Para intelektual HMI saat ini harusnya mencari solusi kongkret atas
permasalahan yang sudah dianggap biasa namun implikasinya luar biasa ini. Bukan
saatnya kader HMI bermain sandiwara retorika yang tak jelas jluntrungannya. Karena sejatinya kader
HMI digodog untuk menjadi pemimpin
bangsa, maka jiwa patriotik-nasionalis harus ditumbuhkembangkan dalam internal
para kadernya.
Restorasi peran HMI yang dulu sebagai konstruktor bangsa harus segera
mulai digalakkan. Sebelum kesana, internal HMI harus diperbaiki terlebih
dahulu. Kader HMI harus mempunyai citra kualitatif. Dimana seorang kader
dituntut untuk memiliki idealisme murni, dinamis, kritis, kreatif, inovatif,
dan memiliki semangat herois dalam ranah berbangsa dan bernegara. Yang paling
penting adalah “sadar” akan keadaan bangsanya dan “tahu” apa yang akan
diperbuatnya menyikapi hal itu. Dari itu kader HMI akan menjadi agen akselerator
transformasi.
0 Komentar