Merawat Ingat 5 Kualitas Insan Cita sebagai Dunia Cita HMI


Oleh: Mas A. Syarif


Semua yang ada pasti diciptakan dan semua yang diciptakan pasti memiliki tujuan. Hal tersebut berlaku juga bagi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Tujuan pertama didirikan organisasi yang berperan sebagai organisasi perjuangan ini 
adalah mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat indonesia serta menegakkan dan mengembangkan ajaran agama islam. Seiring perkembangan zaman tujuan tersebut disempurnakan dan dirumuskan dalam kongres ke X di Palembang, 10 Oktober 1971 yang tertuang dalam pasal 4 Anggaran Dasar (AD) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) “Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi, yang Bernafaskan Islam dan Bertanggung Jawab atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur yang DiRidhoi Allah Subhanahu Wataala”.

Dari tujuan himpunan yang tercantumkan pada pasal 4 Anggaran Dasar HMI yang kemudian dirumuskan menjadi Insan Cita. Insan Cita HMI merupakan dunia cita yang terwujud oleh HMI di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan.
Dan inilah yang menjadi profil kader HMI yang melekat pada dirinya. Secara kongkrit insan cita ini dirumuskan dalam lima kualitas insan cita yaitu :
Kualitas Insan Akademis :

Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif, dan kritis.
Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi suasana sekelilingnya  dengan kesadaran.

Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis  maupun tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara  bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan.


Kualitas Insan Pencipta ( Insan Akademis, Pencipta) :

sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan  bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan  dan pembaharuan.

Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang menyadari dengan sikap demikian potensi, kreatifnya dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah.

Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.

Kualitas Insan Pengabdi ( Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi) :
Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk sesama umat.

Sadar  membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik.

Insan akdemis,  pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.

Kualitas Insan yang  bernafaskan islam  (Insan Akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam):
Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal Islam. Dengan demikian Islam telah menafasi dan menjiwai karyanya.

Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim. Kualitas insan ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.

Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT :
Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.

Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian moral.
Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
Rasa tanggung jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.

Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Percaya pada diri sendiri  dan sadar akan kedudukannya sebagai “khallifah fil ard”  yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusian.

Lima kualitas insan cita diatas merupaka suatu kesatuan yang memang tidak bisa terpisahkan antara satu dengan yang lainnya karena saling memiliki keterkaitan yang kuat. Lahirnya insan cita tidak berdiri dalam satu bagian dari lima kualitas yang dijabarkan, tetapi merupakan akumulasi dari semuanya. Bahwa lima kualitas insan cita harus diawali dari proses terendah, kemudian berusaha untuk sampai kepada puncak kualitas insan cita yang diridhai Allah swt.

Adanya insan cita yang merupakan dunia cita HMI pada intinya merupakan “Man of Future” Insan Pelopor yang diharapkan menjadi insan yang berfikiran dan berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil serta ahli dalam bidangnya, dan sadar apa yang menjadi cita-citanya. Dengan adanya insan pelopor “Man of Future” menghasilkan kader-kader himpunan yang menjadi “Man of Inivator” sebagai penyuara “Idea of Progres” yang berkepribadian kritis, dinamis, adil serta jujur dan ber-taqwa kepada Allah SWT sehingga menajdi insan kamil.

Sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam yang menjadikan Islam sebagai sumber nilais serta motivasi dan ispirasi HMI yang bestatus sebagai organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi kader dan berperan sebagai organisasi perjuangan yang bersifat independen. Mari jadikan insan cita yang merupakan dunia cita HMI menjadi landasan pacu untuk terus berusaha menajdi insan kamil (manusia paripurna) yang diridhoi Allah SWT.

Posting Komentar

0 Komentar